Rabu, 05 Maret 2014

PMRI.C.K1.Edisi 1



PMRI, Usaha ke Arah Reformasi Pendidikan Matematika di Indonesia
Oleh : R. K. Sembiring
Pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan oleh berbagai pihak dan kalangan. Artikel ini ditulis bertujuan untuk menjelaskan yang sedang dialami oleh pihak-pihak yang merasa gelisah akan nasib pendidikan Indonesia. Gagasan awal Pendidikan Matematika Realistik atau biasa disingkat PMR ini berasal dari Prof. H. Freudenthal, beliiau mengembangkan PMR di Belanda untuk memnentang matematika modern yang berkembang di Belanda. Karena PMR terkait oleh budaya local maka untuk di Indonesia di kembangkan juga yakni disebut PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia).
Sosialisasi tentang PMRI ini sudah dilaksankan sejak akhir tahun 2001. Sosialisasi ini banyak dibantu dari UPI, UNY, USD, dan UNESA serta lulusan yang dari Belanda (Ph. D) membantu melakukan sosialisasi tersebut dan pelaksanaan ini juga dibantu oelh konsultan dari Belanda. Sejak Juli 2002 sudah diujicobakan di 12 SD. Untuk Juli 2002 diujicobakan di kelas 1 dan untuk 2003 sudah di ujicobakan di kelas 2. Untuk bahan ajar sudah mulai dilakukan revisi tahun 2004.
Tahun 2003 tim PMRI mendapat dana hibah dari Belanda selama 2 tahun, DIKTI juga merupakan pendukung dana terbesar untuk pelaksanaan reformasi pendidikan ini. Dana yang berasal dari dana hibah tersebut digunakan untuk membiayai hal-hal yang bersangkutan atau hal-hal yang diperlukan demi terlaksanakannya reformasi pendidikan matematika tersebut. Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini sesuai dengan arah yang akan dituju oleh PMRI, bisa dibilang KBK sejalan dengan PMRI.
Tanggapan
Memang upaya pemerintah dalam melaksanakan atau melakukan reformasi tentang pendidikan ini sangat bagus, karena dapat embantu siswa dalam mengalami kesulitan belajar matematika. Tetapi apakah semua guru-guru dan dosen yang sudah di tatar untuk melaksankan atau menggunakan strategi Pendekatan Konstruktivisme? Mungkin ada yang sudah memakai tetapi banyak guru-guru bahkan dosen-dosen masih menggunakan pembelajaran Tradisional yakni guru menerangkan dan siswa menerima materi yang telah diberikan oleh guru. Pada guru-guru yang masih menggunakan pembelajaran tradisional tersebut siswa tidak mengkonstruksi materi yang diberikan, siswa kebanyakan pasif dan kadang-kadang banyak siswa yang tertidur. Guru-guru yang menggunakan metode ini biasanya berasal dari sekolah yang biasa-biasa saja bahkan sekolah yang kurang layak dan mungkin bisa dibilang sedikit terbelakang. Biasanya guru-guru dari sekolah “elite” lah yang banyak menggunakan strategi Pendekatan Konstruktivisme. Karena dari sekolah-sekolah guru-guru banyak yang sudah melakukan penataran tentang reformasi pendidikan matematika yakni tentang berlakunya PMRI. Sehingga pemerintah perlu melakukan penataran dan pendampingan bagi guru-guru yang berasal dari sekolah-sekolah yang masih “terbelakang” tersebut untuk melaksanakan PMRI, serta melakukan pendampingan bagi guru-guru yang bersangkutan. Karena proses ini tidak akan berhasil jika hanya berlangsung selama 1 atau 2 kali saja. Sehingga perlu pendampingan dan pengarahan secara intensif.

PMRI, Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Oleh : Y. Marpaung
            Sejak revormasi pendidikan matematika tahun 1975, pendidikan matematika di Indonesia belum mampu meningkatkan mutu secara signifikan dibandingkan dengan Negara Negara lain seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan dan sebagainya. Faktor yang menyebabkan hal tersebut yang paling terlihat pada sisi akademik, yaitu proses pembelajaran yang dilakukan didalam kelas selalu monoton sehingga siswa merasa bosan dan bentuk asesmen yang hanya mementingkan objektivitas. Proses pembelajaran matematika yang berlangsung sampai sekarang yaitu didominasi oleh cara berpikir yang dipengaruhi kuat oleh psikologi tingkah laku. tingkah laku manusia dipandang sebagai rangkaian stimulus respons. Siswa dipandang sebagai manusia pasif yang tak tahu apa apa dan berperan sebagai penerima pasif informasi. Sedangkan guru dipandang maha tahu dan pemberi informasi yang harus siswa terima dan pelajari. Disisi lain terkadang siswa diberi suatu hukuman dengan tujuan agar siswa nurut, tapi kenyataannya siswa memang nurut dan patuh terhadap aturan tapi dalam artian patuh karena suatu hukuman bukan keinginan dia untuk belajar. hal inilah yang menyebabkan siswa tidak suka dengan pelajaran matematika.
            Harusnya, untuk membuat siswa mudah memahami pelajaran matematika yang dilakukan yaitu membuat suasana belajar yang menyenangkan. Ada banyak cara untuk membuat siswa merasa senang belajar matematika, diantaranya yaitu sikap ramah guru, keterbukaan, belajar sambil bermain dan menggunakan strategi belajar yang bervariasi.
            Dalam pembelajaran matematika yang berdasarkan realistic mathematics education, proses pembelajaran matematika haruslah berpusat pada siswa, siswa dilatih untuk aktif berpikir dan berbuat, pembelajaran dimulai dari masalah-masalah yang kontekstual, siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan sendiri strategi belajarnya dengan berinteraksi dan bernegosiasi dengan teman atau guru yang membantunya, secara perlahan siswa dibantu pada pembentukan konsep pemecahan masalah, menekankan proses, dan guru berperan  sebagai fasilitator dan menejer kelas.
Komentar
PMRI kiranya merupakan suatu alternative yang menjanjikan untuk meningkatkan pembelajaran matematika di Indonesia. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran siswa diajak aktif dalam pembelajaran sehingga siswa benar benar memahami apa yang dipelajari. Selain itu, pembelajaran yang diberikan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa akan lebih mudah berlogika karena siswa sering menemuinya dan sudah ada sebuah bayangan. namun sayangnya, jika PMRI ini dilaksanakan pada semua bab dalam pembelajaran matematika, maka proses pembelajaran akan lebih lama dan untuk guru yang belum siap akan kerepotan dan tidak dapat menyampaiakan semua materi yang tertera pada silabus pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa dalam memecahkan masalah dan membentuk peta konsep pemecahan masalah akan butuh waktu yang lebih lama sehingga memakan waktu untuk pelajaran yang lain. Disini peran guru yang professional dalam mendidik sangat dibutuhkan untuk membimbing siswa untuk memecahkan masalah.

MENGAPA PMRI?
Oleh Sutarto Hadi dan Ahmad Fauzan
PMR (Pendidikan Matematika Realistik) tidak dapat dipisahkan dari institute Freudenthal. Institute ini berdiri pada tahun1971,beradadi bawah Utrecht Freudenthal,Belanda. Nama institute diambil dari nama pendirinya, yaitu Profesor Hans Freudenthal (1905-1990),seorang penulis, pendidik, dan matematikawan berkebangsaan Jerman/Belanda.
Sejak tahun 1971, institute Freudenthal mengembangkan suatu pendekatan teoritis terhadap pembelajaran matematika yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematics Education). RME menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar matematika, dan bagaimana matematika harus diajarkan.
Mengapa kita perlu mengembangkan PMRI? Paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal sistem persekolahan harus memiliki ciri-ciri: (Zamroni: Paradigma Pendidikan Masa Depan) 
Ø  Pendidikan lebih menekankan pada proses pembelajaran (learning)daripada  mengajar (teching).
Ø  Pendidikan diorganisir dalam suatu struktur yang fleksibel.
Ø  Pendidikan memperlakukan peserta didiksebagai individu yang memiliki karakteristik khusus dan mandiri
Ø  Pendidikan merupakan proses yang berkesinambungan dan senantiasa berinteraksi dengan linkungan.
 Teori PMR sejalan dengan teori belajar yang berkembang saat ini, seperti konstrukstivisme dan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning/CTL). Konsep PMR sejalan dengan kebutuhan untuk memperbaiki pendidikan matematika di Indonesia yang didominasi oleh persoalan bagaimana meningkatkan pemahaman siswa tentang matematika dan mengembangkan daya nalar. Oleh karena itu PMR perlu dikembangkan di Indonesia.
Bukti Empiris Prospek Penerapan PMRI                                                                                 Hadi (2002). Dalam penelitiannya yang dilaksanakan di Yogyakarta dengan mengambil sampel siswa-siswa SLTP ditemukan hasil positif dalam penggunaan materi PMR dalam pembelajaran matematika, yaitu siswa menjadi lebih termotivasi,aktif,dan kreatif dalam proses belajar mengajar disebabkan oleh materi yang menarik karena dilengkapi dengan gambar-gambar dan cerita.
Dengan penerapan PMR di Indonesia diharapkan prestasi akademik siswa meningkat, baik dalam mata pelajaran matematika maupun mata pelajaran lainnya. Pada aspek perilaku diharapkan siswa mempunyai cirri-ciri:
  i.      Di kelas mereka aktif dalam diskusi, mengajukan pertannyaan dan gagasan, serta aktif dalam mencari bahan-bahan pelajaran yang mendukung apa yang tengah dipelajari.
ii.      Mampu bekerjasama dengan membuat kelompok-kelompok belajar.
iii.      Bersifat demokratis dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Komentar:  Tidak sedikit para guru yang memandang bahwa siswa sebagai penerima pasif matematika yang sudah jadi. Dalam artian yaitu siswa hanya bisa menerima materi dan menggunakannya dalam penyelesaian masalah,hal ini tidakalah benar. Alangkah lebih baik para guru dapat mengarahkan siswa kepada penggunaan berbagai situasi dan kesempatan untuk menemukan pemahaman matematika dan menemukan cara-cara mereka sendiri yang mungkin lebih kreatif,disini siswa dilatih untuk bisa lebih mandiri menggunakan daya nalarnya. Dengan menggunakan alat peraga atau alat-alat yang ada disekitar untuk dimanfaatkan sebagai media. Kemuddian model-model pembelajaran matematika juga harus diterapkan agar dapat mendorong interaksi di dalam kelas,sehingga dapat melatih daya nalar antar siswa. Agar dapat terbentuk siswa-siswa yang mempunyai pola pikir yang mandiri dan mampu menciptakan hal-hal kreatif menurut cara mereka sendiri.  Oleh karena itu di Indonesia perlu menggunakan teori PMR. Konsep PMR sejalan dengan kebutuhan untuk perbaikan matematika dan mengembangkan daya nalar siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

F
I
G
A
E
R
O
K
Y
O
B