Sulastri dan suhartini kalas A
KEMAMPUAN DASAR UNTUK HIDUP
ANAK
INDONESIA USIA 15 TAHUN DI DUNIA INTERNASIONAL
Judul
tulisan ini diambil dari Laporan Pusat Pengujian, Balitbang Diknas, yang
melaporkan tentang prestasi membaca,
matematika, dan sains(IPA) anak Indonesia usia 15 thn (tanpa memandang
kelas ) di dunia Internasional.Penilaian menggunakan bahan dari PISA (Programme
for International Student Assessment), suatu kegiatan di bawah organisasi untuk
kerjasama Ekonomi Pembangunan(OECD). Asesmen bertujuan meneliti secara berkala
kemampuan siswa usia 15 thn dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Literasi
beraiti penggunaan bahasa. Secara umum, literasi matematika berarti seseorang
mengenali dan memahami peran yang dimainkan matematika dalam kehidupan, mampu
mengambil keputusan dengan dasar yang kuat dan memanfaatkan matematika sehingga
menjadi warga yang berguna .Ini berarti tekanan dalam PISA adalah pada
pengetahuan matematika yang di gunakan dalam berbagai situasi dan konteks,
mematematikkan situasi real dan menafsirkannya, merenungkan dan menilai
kesahihan (validasi) hasilnya. Jelas penilaian seperti ini sulit mengerjakanya
atau lebih tegas lagi bagaimana matematika sebaiknya diajarkan. PISA membagi
matematika dalam 3 komponen utama:situasi, kandungan, kompetensi.Sedangkan inti
dari literasi matematika itu sendiri adalah reproduksi, koneksi dan interaksi.Melakukan
penilaian literasi matematika berarti menilai sejauh mana siswa menguasai
kompetensi.Menurut survay balitbang dari 41 negara yang dibandingkan, Indonesia
menempati urutan 39 dalam matematika dan 38 dalam sains . Menurut balitbang Siswa indonesi
hanya mampu menyelesaikan satu langkah soal matematika yang sifatnya rutin,itu
yang menyebabkan Indonesia tidak boleh mengikuti PISA.
OPINI
:
Balitbang
Diknas seharusnya memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk bergabung
bersama PISA,karena dengan bergabung secara langsung dengan PISA Indonesia bias
belajar lebih banyak dan Indonesia juga mempunyai generasi muda yang tidak
kalah dengan Negara lain mereka pandai dalam membaca, matematika, dan sains,
namu pengalam meka kebanyakan terbatas dalam negri.gurangnya pendidik yang
bertaraf internasional.
PENGALAMAN
PADA UJI COBA PMRI
Suatu
langkah yang tepat untuk menepis anggapan bahwa matematika adalah suatu
pelajaran yang menakutkan ialah suatu pembaruan dalam pembelajaran matematika.
PMRI
adalah suatu pendekatan yang memberikan nuansa baru bagi siswa dalam belajar
matematika.Di MIN Cicendo Kota Bandung
telah di uji cobakan program tersebut .Waktu pertamakali di adakan memang ada
beberapa hambatan dan kendala yang di hadapi .Sebagai contoh ,waktu anak
disuruh bercerita di depan kelas dan
mengemukakan pendapat yang berbeda dengan yang lain dan disertai alasan, para
murid sedikit merasa kesulitan.Semua hal baru termasuk, PMRI memang membutuhkan
bimbingan dan pembiasaan.Sungguh pemandangan yang berbeda ketika meraka
diberikan alat peraga dan disuguhi dengan berbagai macam permainan yang
disertai dengan pengisian LKS mereka terlihat senang.Kita para guru tidak harus
mengatakan :ini harus begin, begitu. Dengan alat peraga yang ada mereka belajar
sendiri menemukan jawabanya, kita sebagai guru hanya tinggal membimbing dalam
pelajaran tersebut.Dari uji-coba PMRI yang telah dilaksanakan, terasa begitu
banyak perubahan pada anak , meliputi: anak mulai berani mengemukakan pendapat,
bercerita meskidalam bahasa yang sederhana dan menghargai perbedaan pendapat.
OPINI:
PMRI
ini memang bagus Cuma pemerataan di indonesianya masih memprihatinkan ,bahkan kebanyakan
setaf pengajar kurang mengerti bahkan tidak tau tentang PMRI ini. Seharunya
pemerintah mensosiallisasikan lebih merata ke seluruh Indonesia.
KERANGKA
DIDAKTIK PMRI
Kerangka
didaktik adalah acuan yang harus di pegang oleh pengembang dalam penyusun
rencana pembelajaran PMRI.Kerangka ini menjadi syarat berhasil atau tidaknya
guru di kelas dalam pembelajaran PMRI.Kerangka ini meliputi aspek siswa,
materi, guru, lingkungan belajar dan pengalaman belajar.Ia merupakan suatu
system terpadu sebagai jalinan yang efektif dan efisien dengan siswa sebagai
pusat pembelajar.Tujuan pembelajaran adalah agar siswa dapat membangun konsep
dan ide matematika berdasarkan proses penemuan kembali,melalui eksplorasi
soal-soal kontekstual. Soal-soal kontekstual harus memenuhi syarat relevansi
dan familiaritas.Peran guru hanya sebagai fasilitator.
OPINI
:
Kerangka ini sudah cukup bagus , Cuma
realisasi dan sosialisasi PMRI ini tidak maksimal . contohnya di luar jawa sana
masih banyak yang tidak tau PMRI dan mengerti apatujuan dan manfaat PMRI .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar